SILABUS IPS KELAS VII KURIKULUM 2013

Bagi tmen2 yg sekolahnya ditunjuk sebagai piloting pelaksanaan kurikulum 2013, mungkin ini bisa menjadi bahan kajian, sedangkan bagi temen-temen yang belum melaksanakan kurikulum 2013, mungkin silabus ini dapat menjadi bahan referensi dan kajian atao pembanding dengan silabus yang berlaku sekarang
download disini :SILABUS IPS SMP KURIKULUM 2013

KOMPETENSI DASAR SMP KURIKULUM 2013

Sebagai bahan referensi untuk bapak/ibu guru tentang kompetensi dasar yang di kembangkan dalam kurikulum 2013, dokumen ini dapat di jadikan bahan diskusi dan renungan buat temen-temen, walaupun pemberlakuan kurikulum 2013 tdk untuk semua sekolah tapi hanya sekolah-sekolah yang ditunjuk.

mudah-mudahan referensi ini bisa bermanfaat bagi bapak/ibu. Dapat di download di sini: Kompetensi Dasar Kurikulum 2013

Hasil Peserta Workshop Pengembangan Karir Guru IPS Kota Serang 2012 ( 4 )

ARTIKEL JURNAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL
NUMBERED HEAD TOGATHER ( NHT)
PADA KD 7.3 DI KLS IX A SMPN 10 KOTA SERANG

DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS WORKSHOP PTK MGMP IPS
SEKOTA SERANG
OLEH : KELOMPOK 4

1. Siti Fathanah, S.Ag. ( SMPN 8 Kota Serang)
2. Dra. Sumi Lestari ( SMPN 11 Kota Serang)
3. Maemunah, S.Pd. ( SMPN 22 Kota Serang)
4. Ery Zuhriyah, S.Pd. ( SMPN 10 Kota Serang)
5. Haryati, S.Pd ( SMPN 6 Kota Serang )
6. Rd. Rahmat, S.Pd ( SMPN 13 Kota Serang )
7. Holili, S.Pd ( SMPN 15 Kota Serang
8. Dian,S.Pd ( SMP Al-Azhar 11 Kota Serang )

ABSTRAK: Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas 9 SMPN 10 Kota Serang. Subjek penelitian adalah siswa kelas sembilan yang berjumlah 40 siswa. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan (Classroom Action Research). Pengumpulan data dilakukan melalui telaah pustaka, observasi catatan pengalaman, foto dan penilaian kinerja. Analisis data dilakukan secara kolaboratif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan motivasi belajar IPS. Hal itu terbukti melalui dua siklus pengamatan, yaitu pada siklus ke-1 menunjukan hasil belajar siswa hanya mencapai rata-rata nilai 55,75. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan pembelajaran melalui diskusi belum berjalan dengan baik. proses kerjasam dalam diskusi masih sangat kurang hanya mencapai 48%, keberanian anggota kelompok dalam menjawab 35%, kegiatan presentasi masih sangat kurang hanya 45%. Tetapi antusias siswa untuk bertanya pada kelompok lain masih lebih baik mencapai 75%. Sedangkan pada siklus 2 yang sudah mengalami peningkatan setelah adanya motivasi dan penerapan model Numbered Head Together yang lebih baik. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai 77,75 melebihi KKM yang sudah ditetapkan, yaitu 70. Diskusi yang mereka lakukan mengalami peningkatan dalam aspek keaktifan 68%, kerja sama 58%, Presentasi 45%, bertanya 79% dan menjawab 68%.
Kata kuncinya : motivasi meningkatkan prestasi belajar

Pelajaran IPS dimata anak adalah bisa dikatakan pelajaran yang menjenuhkan, bagi sebagian besar siswa menganggap pelajaran IPS masih berkisar tentang masalah waktu, tempat, dan kejadian yang sudah lama terjadi. Disamping fenomena yang kita lihat sebagian besar siswa SMP memilih budaya baca yang sangatlah rendah. Dari rendahnya motivasi untuk membaca itu sendiri maka dari itu guru mencari solusi agar siswa gemar membaca terutama bacaan-bacaan IPS.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan motivasi siswa supaya dapat berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya, sehingga akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsepkonsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001 : 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang rnengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. :Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik

Menurut Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) bahwa Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Selain itu, tipe ini juga dapat melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Sehingga siswa tidak merasa jenuh, malah lebih bervariatif dan inovatif.
Lebih lanjut Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Untuk kepentingan penelitian ini peneliti mencoba menerapkan model Numbered Head Together (NHT) untuk mengatasi menurunnya motivasi belajar siswa dalam mempelajari Pelajaran IPS khususnya pada materi Globalisasi di kelas 9.A SMP Negeri 10 Kota Serang. Pengumpulan data dilakukan melalui telaah pustaka, observasi catatan pengalaman, foto dan penilaian kinerja. Analisis data dilakukan secara kolaboratif sejak penelitian dimulai, selama proses tindakan berlangsung dan dikembangkan selama proses refleksi sampai penyusunan laporan, tekhnik data yang digunakan adalah model analisis data. Data yang digunakan adalah model analisis Interaktif, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Rancangan penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Ressearch ) Penelitian terdiri atas dua siklus. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2012 dan siklus ke dua tanggal 7 Juli 2012 . Masing-masing siklus melalui tahapan perencanaan ( planning ), pelaksanaan ( Acting ), pengamatan
( Observating ) dan tindak lanjut ( Reflecting ).
Hasil Penelitian & Pembahasan
Siklus ke satu
Penelitian tindakan siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2012. Bahan kajian siklus 1 adalah Globalisasi (menguraikan perilaku masyarakat dalam perubahan sosial-budaya di era global. Setelah dilakukan tindakan-tindakan pada siklus 1, terdapat perubahan, yaitu motivasi belajar siswa lebih meningkat bila dibandingkan dengan sebelum dilakukan penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan siswa, diperoleh rata-rata aktivitas siswa bervariasi berdasarkan aspek yang diamati, dalam pengamatan jelas diperoleh data bahwa siswa masih kurang dalan aspek menjawab. Siswa belum terbiasa dan nampak bingung dalam langkah-langkah pembelajarn kooperatif, siswa belum terbiasa untuk bekerjasama, berbagi tanggung jawab dan berbagi informasi,siswa cenderung masih mengandalkan teman-temannya yang pintar.

Tabel: 1.
Prosentase keberhasilan diskusi
ASPEK PROSENTASE KEBERHASILAN TARAF KEBERHASILAN :1. Keaktifan 63 % Baik,2. Kerjasama 48 % Cukup, 3.Presentasi 45 % Cukup, 4. Bertanya 75 % Baik dan 5. Menjawab 35 % Kurang

b. Rata-rata hasil belajar
Kondisi yang kondusif mendukung timbulnya keinginan siswa untuk mau dan mampu mencapai tujuan, ternyata terbukti dari hasil siklus pertama ini walaupun perubahan tidak terlalu mencolok, hal ini terlihat dari meningkatnya hasil perolehan ulangan siswa setelah proses siklus berakhir. Sebagai pembanding nilai, peneliti mengambil nilai pre test dengan nilai post test Rerata Nilai Test pada siklus pertama nilai test 55,75 dengan KKM 70

Berdasarkan hasil analisis data dan pemantauan ditemukan beberapa aspek keberhasilan, terdapat perubahan, yaitu motivasi belajar siswa lebih meningkat bila dibandingkan dengan sebelum pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Head Together . Peningkatan motivasi ini terlihat pada saat kegiatan diskusi kelompok, keaktifan siswa mencapai 63 %, keberanian menyampaiakan pertanyaan mencapai 75%,
Sedangkan kelemahan-kelemahan yang perlu di rencanakan kembali pada siklus berikutnya , yaitu : ( 1 ) siswa dengan motivasi belajar tinggi baru sebesar
40 % berarti belum sesuai dengan indikator penelitian, ( 2). Pada pembuatan kelompok masih terlihat ramai dan kacau, (3). Aktitivitas siswa dalam menanggapi presentasi masih kurang, masih ada siswa yang tidak mau melibatkan diri dalam diskusi. ( 4 ) Pada saat presentase di depan kelas beberapa siswa masih kelihatan canggung, takut dan malu, ( 5 ) waktu sebagian besar teralokasikan untuk diskusi sehingga terjadi kekurangan waktu untuk presentasi dan tanggapan.
Siklus ke dua
Penelitian tindakan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2012. Bahan kajian siklus 2 adalah Globalisasi
Pelaksanaan pada siklus 2 pada dasarnya sama dengan siklus 1 , hanya pada siklus 2 ini diadakan perubahan-perubahan sesuai kekuarangan dari siklus 1 sehingga diharapkan pada siklus 2 ini terjadi peningkatan baik motivasi mupun hasil belajar siswa Rerata Nilai Test pada siklus ked Nilai test
77,75 dengan KKM 70

Dalam kegiatan pengamatan pada siklus 2 ini peneliti sama menekankan kepada dua aspek yaitu :
a. Rata-rata motivasi siswa dalam proses pembelajaran
Rata-rata motivasi siswa dalam pembelajaran pada siklus 2 ada peningkatan ini ditandai dengan adanya : peningkatan keatifan siswa dalam diskusi.
Prosentase keberhasilan diskusi ASPEK : PROSENTASE KEBERHASILAN TARAF KEBERHASILAN ; 1 Keaktifan 68 % (Baik ), 2.Kerjasama 58 % (Cukup), 3 Presentasi 58 % (Cukup ), 4.Bertanya 80 % (Baik) dan aspek
5 Menjawab 68 % ( Cukup )

b. Rata-rata hasil belajar

Dari hasil test setelah proses pembelajaran berlangsung, terliat adanyan peningkatan skor dibandingkan dengan siklus ke-1 hal ini terlihat pada rata-rata pendapatan skor siswa pada akhir siklus ke- 2. Untuk lebih jelasnya tersaji pada tabel di bawah ini
Tabel : 4.
Skor rerata antara nilai pada siklus 1 dan siklus 2
Kegiatan Tes Siklus 1 Siklus 2 Peningkatan
Pos tes 55,75 77,75 22,00

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa ada kenaikan rata-rata dari siklus sebelumnya ,hal ini memberi informasi bahwa pembelajaran IPS terpadu dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together akan meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Berdasarkan catatan di lapangan, diperoleh data munculnya beberapa siswa yang memilki kecerdasan linguistik dan kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain.
Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dikumpulkan baik dari kolaborator, angket siswa, hasil monitoring, nilai proses siswa dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan motivasi belajar IPS. Masalah yang ada pada saat kegiatan pembelajaran IPS- yaitu siswa menampakkan kurang bersemangat dan kurang siap dalam menghadapi pelajaran sudah dapat diubah.

Dari hasil pengamatan pada siklus ke-1 proses kerjasam dalam diskusi masih sangat kurang serta keberanian anggota kelompok menjawab pertanyaan yang muncul dalam kegiatan presentasi masih sangat kurang, hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan siswa terhadap materi yang di diskusikan.
Jika melihat nilai hasil evaluasi sudah cukup baik dan juga siswa tampak bergairah dalam mengikuti pembelajaran. Menurut peneliti ini tidak terlepas dari model pembelajaran dan pendekatan yang digunakan yang menuntut siswa untuk aktif berpartisipasi dalam setiap pembelajaran dan tidak membosankan.

Kesulitan siswa dalam memecahkan permasalahan yang muncul dalam diskusi yang tidak ditemukan dalam buku paket maupun hand out, hal ini menurut peneliti disebabkan siswa masih kurang dalam minat membaca di perpustakaan maupun di rumah, sehingga bekal pengetahuan umum siswa masih sangat kurang, maka motivasi untuk gemar membaca pada siswa perlu ditingkatkan.

Dari uraian keseluruhan siklus di atas tampak bahwa dengan menggunakan model Numbered Head Together dalam pembelajaran IPS untuk metari Globalisasi di kelas 9 A, pamahaman siswa tentang konsep globalisasi menjadi meningkat, ini dapat di lihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa dan tingkat ketuntasan kelas, walaupun jika diperhatikan secara kelompok belum dikatakan tuntas.

Penerapan model Numbered Head Together yang digunakan dalam pembelajaran IPS materi globalisasi di kelas 9 A ini masih tetap memerlukan peran aktif dari guru, disamping juga perlu disediakannya buku pegangan yang harus dibaca siswa sebelum proses pembelajaran dimulai untuk membekali siswa tentang konsep-konsep dasar yang harus dipahami.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disampaikan bahwa agar pemahaman siswa dapat meningkat pada pembelajaran IPS, maka perlu perlakuan dan pengkondisian, antara lain:
1.Pemilihan model yang tepat.
2.Perlu disarankan untuk membaca buku paket atau hand out paling tidak satu minggu sebelum pembelajaran dilaksanakan untuk membekali siswa tentang pengetahuan dasar yang harus dikuasai untuk memecahkan masalah yang ada.
3.Guru tetap diperlukan untuk memberikan konsep-konsep dasar IPS.
4.Perlu pemberian tugas terstruktur bagi siswa setiap selesai pembelajaran.

Simpulan
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1.Penggunaan model Numbered Head Together dalam pembelajaran IPS dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa di kelas 9 A SMP Negeri 10 Kota Serang pada materi Globalisasi, indikatornya adalah nilai rata-rata siswa mencapai 77,75 dengan KKM Kompetensi Dasarnya 70.
2.Langkah operasional yang perlu diperhatikan untuk pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Head Together adalah
a.Menjelaskan tentang lnagkah-langkah model Numbered Head Together kepada siswa.
b.Perlu disarankan untuk membaca buku paket atau hand out paling tidak satu minggu sebelum pembelajaran dilaksanakan untuk membekali siswa tentang pengetahuan dasar yang harus dikuasai untuk memecahkan masalah yang ada.
c.Guru tetap diperlukan untuk memberikan konsep-konsep dasar IPS.
d.Perlu pemberian tugas terstruktur bagi siswa setiap selesai pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

1.Sukanto Sunardi. Buku Paket IPS Terpadu kelas IX. Jakarta: PUSBUK Departemen Pendidikan Nasional
2.Tryana, Antin. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together (NHT), translasi dari: http: // Alt. Red/ clnerwork/numbered.htm.
3.http: // www. eazhull.org.uk /nlc / numbered head. Htm.
4.http: //herdy07. WordPress.com / 2009/04/22 Model Pembelajran NHT
5.Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Hasil Peserta Workshop Pengembangan Karir Guru IPS Kota Serang 2012 (3)

ARTIKEL JURNAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa
Terhadap Materi Peta, Atlas, dan Globe
Dengan Menggunakan Metode Inquiri Terbimbing
Dikelas VII C SMPN 18 Kota Serang
Tahun Pelajaran 2011 / 2012

Oleh Kelompok 3
Saprudin
Janawiyah
Iim Maryani
Iif Rif’ah
Sakti Handayani
Moh. Ai

ABSTRAKSI
Penggunaan Metode Inquri Terbimbing dalam pembelajaran IPS dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa di kelas VII C SMPN 18 Kota Serang pada materi Peta, Atlas, dan Globe. Indikatornya adalah nilai rata-rata siswa mencapai 75,16 %, semula ketercapaian pemahaman siswa hanya 56,88 % meningkat menjadi 93,44 % dengan KKM Kompetensi Dasarnya 6,5.
Penerapan metode Inquiri Terbimbing yang digunakan dalam pembelajaran IPS materi Peta, Atlas, dan Globe di kelas VII C SMPN 18 Kota Serang ini masih tetap memerlukan peran aktif dari guru, disamping juga perlu disediakannya buku pegangan yang harus dibaca siswa sebelum proses pembelajaran dimulai untuk membekali siswa tentang konsep-konsep dasar yang harus dipahami.

LATAR BELAKANG
Tujuan dari pembelajaran setidak-tidaknya seorang guru menanamkan tiga domain, yakni, kognitif, afektif dan psikomotor dan ketiga domain itu secara langsung akan tertanam pada setiap siswa yang mengikuti suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, yang paling mendasar di pahami oleh guru adalah melatih siswa untuk berpikir, memecahkan masalah dan menemukan suatu konsep.
Untuk merangsang agar peserta didik aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, digunakanlah media pembelajaran agar pesan yang disampaikan mudah untuk dicerna oleh peserta didik.
Selain digunakannya media pembelajaran, Wahana lain yang digunakan untuk belajar secara aktif salah satunya adalah dengan melakukan diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok dituntut berpartisipasi secara langsung dibalik kekurangan dan kelebihannya dan memungkinkan setiap anggota kelompok untuk menyatakan pendapat / ide mereka untuk menyelesaikan segala kesulitan dan akan mendapatkan pemahaman tentang persoalan yang dihadapi dengan dibantu dengan mengunakan alat bantu / media, sehingga akan terjadi komunikasi diantara anggota-anggota kelompok itu. Oleh Karena itu, perlu adanya suatu metode yang harus diterapkan oleh seorang tenaga pendidik agar dalam menyampaikan pesan / suatu konsep pada kegiatan diskusi kelompok dapat diserap dan dipahami sebaik mungkin oleh peserta didik yaitu dengan menggunakan Metode Inquiri terbimbing (guided Inquiri Approach).

METODE INQUIRI TERBIMBING
Salah satu proses pembelajaran yang berorientasi siswa (student oriented) antara lain adalah model inkuiri. Kata inkuiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu kata kerja intransitive yang sama artinya dengan to investigate, kemudian kata itu berkembang menjadi kata benda inquiry yang memiliki makna sama dengan investigation (Hornby, 1981). Echols dan Shadly (1986) memberikan batasan terhadap kata to inquire yang berarti menyelidiki kemudian berkembang menjadi kata benda inqury yang berarti penyelidikan.
Kemudian kata inquiry digunakan sebagai istilah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Suchman (1962) yang dikenal dengan model pelatihan inkuiri. Model ini merupakan salah satu bentuk mengajar yang diambil oleh Joice dan Well (1967) dari Suchman. Menurut model ini siswa dituntun pada fenomena penyelidikan yang didasarkan pada konfrontasi intelektual yang dilakukan partisipan aktif dalam penyelidikan ilmiah.
Pendekatan Inkuiri Terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Sedangkan Carin dan Sund berpendapat bahwa pembelajaran model inkuiri mencakup inkuiri induktif terbimbing dan tak terbimbing, inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah. Diantara model-model inkuiri yang lebih cocok untuk siswa-siswa pada peringkat pendidikan dasar dan menengah adalah inkuiri induktif terbimbing, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik kesimpulan. Pada inkuiri induktif terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah percobaan.
Siswa melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru. Memang, di dalam pelaksanaan dan penggunaan model pembelajaran inkuiri akan terlaksana dengan efektif dan efisien, manakala gurunya memahami betul seluk beluk tentang model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuri tidak akan efektif, bila guru tidak mengenal lebih detil bagaimana hakiki dan proses pembelajaran inkuiri tersebut. Oleh karena itu, sangat dituntut kepada guru untuk memahami dan mengenal betul bagaimana langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran ini. Hasil pembelajaran guru akan efektif dan optimal bilamana guru mengenal lebih dalam tentang model pembelajaran ini, dan tentunya model pembelajaran ini akan efektif bila guru secara terus menerus melakukan dalam pembelajaran. Tidak mungkin akan efektif, jika guru hanya sekali-sekali menggunakannya, hasil akan nampak bilamana guru menggunakannya berulang-ulang kali.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsepa. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.
Dalam proses belajar mengajar dengan metode inkuiri terbimbing, siswa dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari seorang guru. Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing (Wartono 1999). Selain pertanyaan-pertanyaan, guru juga dapat memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya pada saat siswa akan melakukan percobaan, misalnya penjelasan tentang cara-cara melakukan percobaan.
Metode inkuiri terbimbing biasanya digunakan bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Pada tahap permulaan diberikan lebih banyak bimbingan, sedikit demi sedikit bimbingan itu dikurangi seperti yang dikemukakan oleh (Hudoyono 1979) bahwa dalam usaha menemukan suatu konsep siswa memerlukan bimbingan bahkan memerlukan pertolongan guru setapak demi setapak. Siswa memerlukan bantuan untuk mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun siswa harus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi tetapi pertolongan guru tetap diperlukan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 18 Kota Serang. Sebagai Subyek penelitian adalah siswa kelas VII ( Tujuh ) C yang terdiri dari 32 siswa yaitu 14 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Melibatkan 5 orang guru IPS kelas VII sebagai kolaborator. Kelas ini sebagai miniatur dari kondisi trasnsisi budaya antara pedesaan dan perkotaan. Rancangan penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Ressearch ) Penelitian terdiri atas dua siklus. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 5 Januari 2012, sedangan siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2012. Masing-masing siklus melalui tahapan perencanaan ( planning ), pelaksanaan ( Acting ), pengamatan ( Observating ) dan tindak lanjut ( Reflecting ).
Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisis data kualitatif yang mengacu pada model alir (flow model) Miles Huberman (1992) yang meliputi 3 komponen yaitu: 1) mereduksi data, 2) Penyajian data, 3) Penarikan kesimpulan serta verifikasi.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dengan tujuan untuk memperbaiki dan peningkatan pemahaman siswa. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik analisis Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kompetensi Dasar (KD) Menggunakan Peta, Atlas, dan Globe untuk mendapatkan informasi keruangan, yaitu 6,5
Instrumen pengumpulan data meliputi : a) Pre tes , b) koesioner / angket, c) Wawancara / interview, d). observasi / pengamatan dan e) dokumentasi. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dengan cara a). Observasi, b). Wawancara, c). Kuesioner dan d). Post Tes.
HASIL PENELITIAN
Setelah dilakukan tindakan-tindakan pada siklus 1, terdapat perubahan, yaitu pemahaman materi belajar siswa lebih meningkat bila dibandingkan dengan sebelum dilakukan penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan siswa, diperoleh rata-rata aktivitas siswa bervariasi berdasarkan aspek yang diamati, dalam pengamatan jelas diperoleh data bahwa siswa masih kurang dalan aspek menjawab. Siswa belum tebiasa dan nampak bingung dalam langkah-langkah pembelajarn koperatif, siswa belum terbiasa untuk bekerjasama, berbagi tanggung jawab dan berbagi informasi,siswa cenderung masih mengandalkan teman-temannya yang pintar.

Tabel : 1. Prosentase Keberhasilan Diskusi Siklus 1
No Aspek Prosentase Keberhasilan
1 Sikap dan Respon 59 % Cukup
2 Pemecahan Masalah 65 % Baik
3 Ketepatan Waktu 72 % Baik
4 Penggunaan Media 65 % Baik

Penggunaan alat bantu / media pembelajaran yang sesuai dengan didukung oleh bimbingan guru mendukung timbulnya keinginan siswa untuk mau dan mampu mencapai tujuan, ternyata terbukti dari hasil siklus pertama ini walaupun perubahan tidak terlalu mencolok hal ini terlihat dari meningkatnya hasil perolehan ulangan siswa setelah proses siklus berakhir. Sebagai pembanding nilai peneliti mengambil nilai pre test dengan nilai post test
Tabel : 2. Rerata Nilai Pre Test dan Post Test pada Siklus Pertama

Pre Test Post Test KKM
4,81 5,88 6,5

Berdasarkan hasil analisis data dan pemantauan ditemukan beberapa aspek keberhasilan, terdapat perubahan, yaitu pemahaman materi belajar siswa lebih meningkat bila dibandingkan dengan sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode inquiri terbimbing. Peningkatan pemahaman ini terlihat pada saat kegiatan diskusi kelompok, respon siswa mencapai 59 %, pemecahan masalah 65 % ketepatan waktu 72 % dan penggunaan media pembelajaran mencapai 65 %,
Sedangkan kelemahan-kelemahan yang perlu di rencanakan kembali pada siklus berikutnya, yaitu : (1) pemahaman siswa baru sebesar 59 % berarti belum sesuai dengan indikator penelitian, (2). Pada pembuatan kelompok masih terlihat ramai dan kacau, (3). Aktitivitas siswa dalam menanggapi presentasi masih kurang, masih ada siswa yang tidak mau melibatkan diri dalam diskusi. (4) Pada saat presentase di depan kelas beberapa siswa masih kelihatan canggung, takut dan malu, (5) waktu sebagian besar teralokasikan untuk diskusi sehingga terjadi kekurangan waktu untuk presentasi dan tanggapan.
Pelaksanaan pada siklus 2 pada dasarnya sama dengan siklus 1, hanya pada siklus 2 ini diadakan perubahan-perubahan sesuai kekuarangan dari siklus 1 sehingga diharapkan pada siklus 2 ini terjadi peningkatan baik pemahaman materi mupun hasil belajar siswa.
Rata-rata pemahaman materi siswa dalam pembelajaran pada siklus 2 ada peningkatan ini ditandai dengan adanya : peningkatan keatifan siswa dalam diskusi.

Tabel : 3. Prosentase Keberhasilan Diskusi Siklus 2
No Aspek Prosentase Keberhasilan Taraf Keberhasilan
1 Sikap dan Respon 84 % Sangat Baik
2 Pemecahan Masalah 78 % Baik
3 Ketepatan Waktu 94 % Sangat Baik
4 Penggunaan Media 91 % Sangat Baik

Dari hasil test setelah proses pembelajaran berlangsung, terliat adanyan peningkatan skor dibandingkan dengan siklus ke-1 hal ini terlihat pada rerata pendapatan skor siswa pada akhir siklus ke-2. Untuk lebih jelasnya tersaji pada tabel di bawah ini :

Tabel : 4. Skor Rerata Antara Nilai pada Siklus 1 dan Siklus 2
Kegiatan Tes Siklus 1 Siklus 2 Peningkatan
Pre test 48.13 56,88 8.72
Pos test 52.50 92,81 40.45

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa ada kenaikan rata-rata dari siklus sebelumnya, hal ini memberi informasi bahwa pembelajaran IPS terpadu dengan menggunakan metode inquiri terbimbing akan meningkatkan pemahaman belajar siswa.
Berdasarkan catatan lapangan diperoleh data munculnya beberapa siswa yang memilki kecerdasan linguistik dan kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain.

PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dikumpulkan baik dari kolaborator, angket siswa, hasil monitoring nilai proses siswa dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran metode inquiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman materi belajar IPS. Masalah yang ada pada saat kegiatan pembelajaran IPS yaitu siswa kesulitan menjawab soal-soal dalam menghadapi pelajaran sudah dapat diubah.
Dari hasil pengamatan pada siklus ke-1 proses kerjasama dalam diskusi masih sangat kurang serta keberanian anggota kelompok menjawab pertanyaan yang muncul dalam kegiatan presentasi masih sangat kurang, yang ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan siswa terhadap materi yang di diskusikan.
Kesulitan siswa dalam memecahkan permasalahan yang muncul dalam diskusi yang tidak ditemukan dalam buku paket maupun hand out, hal ini menurut peneliti disebabkan siswa masih kurang dalam minat membaca di perpustakaan maupun di rumah, sehingga bekal pengetahuan umum siswa masih sangat kurang, maka pemahaman materi untuk gemar membaca pada siswa perlu ditingkatkan.
Dari uraian keseluruhan siklus di atas tampak bahwa dengan menggunakan metode inquiri terbimbing dalam pembelajaran IPS untuk metari Peta, Atlas dan Globe di kelas VII C, pamahaman siswa tentang konsep Peta, Atlas dan Globe menjadi meningkat, ini dapat di lihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa dan tingkat ketuntasan kelas, dari 52,50 % menjadi 92,81 % meningkatt sebesar 40,45 %.

SIMPULAN
1.Penggunaan metode inquiri terbimbing dalam pembelajaran IPS dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa di kelas VII C SMP Negeri 18 Kota Serang pada materi Peta, Atlas dan Globe, indikatornya adalah nilai rata-rata siswa mencapai 7,51 %, semula dari 5,68 meningkat menjadi 9,34dengan KKM Kompetensi Dasarnya 6.50
2.Langkah operasional yang perlu diperhatikan untuk pembelajaran dengan menggunakan metode Inquiri Terbimbing adalah :
a.Penggunaan alat bantu, media dan sumber belajar yang sesuai.
b.Menjelaskan tentang langkah-langkah metode Inquiri Terbimbing kepada siswa.
c.Perlu disarankan untuk membaca buku paket atau hand out paling tidak satu minggu sebelum pembelajaran dilaksanakan untuk membekali siswa tentang pengetahuan dasar yang harus dikuasai untuk memecahkan masalah yang ada.
d.Guru tetap diperlukan untuk memberikan konsep-konsep dasar IPS.
e.Perlu pemberian tugas terstruktur bagi siswa setiap selesai pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian tindakan Kelas. Bandung. Irama Widya
Basrowi dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.. Insan Cendekia
Daryanto, 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. .Surabaya. Apollo.
Sanjaya, Wina. Dr. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Slavin, Robert.E. (2008). Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik. Bandung. PT. Nusa Media
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006. Model Pembelajaran IPS Sekolah Dasar. Jakarta. Depertemen Pendidikan Nasional.
Kusandar 2007. Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Persiapan Menghadapi Sertikasi Guru. Jakarta. Raja Grafindo Perkasa..
Layanan Pusat Kurikulum 2004. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional.
Mulyasa, E 2005. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung Rosda.

Hasil Peserta Workshop Peningkatan Karir Guru IPS Kota Serang 2012 ( 2 )

JURNAL HASIL PENELITIAN OLEH KELOMPOK 2

1. Hj. SITI SUROYYA S.Pd ( SMPN 7 Kota Serang )
2. FIFI ARIFAH S.Pd ( SMPN 2 Kota Serang )
3. ENY SUHENY S.Pd ( SMP PGRI 1 Kota Serang )
4. IMI MARTINI S.Pd ( SMPN 24 Kota Serang )
5. ZARQONI S.Pd ( SMPN 16 Kota Serang )
6. HERI BUHORI S.Pd ( SMPN 14 Kota Serang )
7. Hj.Uun Nuripah,S,Pd ( SMPN 7 Kota Serang )
8. Sumi Lestari,S.Pd ( SMPN 11 Kota Serang )

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS IX B
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA UANG TERHADAP KOMPETENSI DASAR UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN PADA MATA PELAJARAN IPSTERPADU DI SMP PGRI I KOTA SERANG
Oleh : Kelompok 2 *)

Abstrak :
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemeran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung secara hidup. Namun pada kenyataannya masih banyak terjadi dalam kegiatan proses belajar hanya terdapat pada kegiatan guru saja, siswa masih banyak yang pasif dan tidak tertarik pada mata pelajaran yang disampaikan oleh guru yang bersangkutan sehingga menyebabkan hasil belajar siswa menjadi tidak memuaskan. Berdasarkan Permasalahan tersebut diantaranya adalah :Kurangnya minat siswa terhadap materi uang , Rendahnya hasil belajar siswa pada materi uang maka digunakan Media Uang dan alat peraga uang, sehingga dapat Meningkatkan minat siswa terhadap materi uang dan Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi uang, Peningkatan motivasi ini terlihat pada saat kegiatan diskusi kelompok, keaktifan siswa mencapai 64 %, keberanian menyampaiakan pertanyaan mencapai 76%. Penggunaan media uang dalam pembelajaran IPS dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa di kelas IX B SMP PGRI Kota Serang pada materi Jenis-jenis Uang, indikatornya adalah nilai rata-rata siswa mencapai 75 dengan KKM Kompetensi Dasarnya 70
Kata kunci : Hasil Belajar,Media Uang, kompetensi Dasar

PENDAHULUAN
Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya. Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22). Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :
•Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
•Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
•Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
•Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut : (1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai. (2)Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku. Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Dengan melihat pernyataan diatas Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemeran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung secara hidup. Namun pada kenyataannya masih banyak terjadi dalam kegiatan proses belajar hanya terdapat pada kegiatan guru saja, siswa masih banyak yang pasif dan tidak tertarik pada mata pelajaran yang disampaikan oleh guru yang bersangkutan sehingga menyebabkan hasil belajar siswa menjadi tidak memuaskan.
Ada beberapa permasalahan yang sedang dihadapi oleh guru IPS TERPADU di SMP PGRI I KOTA SERANG khususnya pada kelas IX B terhadap materi uang yang harus segera dicarikan solusinya. Permasalahan tersebut diantaranya adalah : (1). Kurangnya minat siswa terhadap materi uang di kelas IX B SMP PGRI I KOTA SERANG.( 2). Rendahnya hasil belajar siswa pada materi uang di kelas IX B SMP PGRI I KOTA SERANG
Permasalahan Kurangnya minat dan hasil belajar siswa pada materi uang di kelas IX B SMP PGRI I KOTA SERANG dapat dikembangkan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1.Bagaimana pengaruh penggunaan media uang terhadap minat siswa pada materi uang sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi uang di kelas IX B SMP PGRI I KOTA SERANG ?
2.Bagaimana pengaruh penggunaan media uang terhadap hasil belajar siswa pada materi uang sehingga dapat meningkatkan hasil ulangan siswa ?

Untuk itu penelitian ini bertujuan :
1. Meningkatkan minat siswa terhadap materi uang di kelas IX B SMP PGRI I KOTA
SERANG
2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi uang di kelas IX B SMP PGRI I KOTA SERANG

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI 1 KOTA SERANG untuk mata pelajaran IPS TERPADU . Sebagai Subyek penelitian adalah siswa kelas 9 ( Sembilan ) B yang terdiri dari 40 siswa yaitu 19 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan . Melibatkan 1 guru IPS kelas, 1 sebagai kolaborator. Kelas ini sebagai miniatur dari kondisi sekolah SMP PGRI 1 KOTA SERANG. Rancangan penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Ressearch ) Penelitian terdiri atas dua siklus. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2012 dan siklus ke dua tanggal 4 Maret 2012 . Masing-masing siklus melalui tahapan perencanaan ( planning ), pelaksanaan ( Acting ), pengamatan ( Observating ) dan tindak lanjut ( Reflecting ).
Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Siklus ke satu :
Setelah dilakukan tindakan-tindakan pada siklus 1, terdapat perubahan, yaitu motivasi belajar siswa lebih meningkat bila dibandingkan dengan sebelum dilakukan penelitian .
Penelitian tindakan siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 15 November 2011. Bahan kajian siklus 1 adalah mendeskripsikan uang dan lembaga keuangan.
Hasil kegiatan penelitian tindakan dalam siklus 1 antara lain :

( 1 ). Perencanaan (Planning )
Dalam tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan antara lain :
1.Mempersiapkan instrumen yang akan digunakan untuk pengamatan dan penilaian,
2.Memperkenalkan dan menjelaskan metode pembelajaran demonstrasi bervariasi kepada siswa
3.Menyusun skenario untuk pembagian kelompok
4.Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP)
5.Melaksanakan Pre test

( 2 ). Pelaksanaan ( Acting )
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan skenario yang telah dibuat dalam RPP dan silabus, yang antara lain :
Fase 1. Guru memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran sebagai motivasi terhadap siswa
Fase 2. Guru mendemonstrasikan media pembelajaran berupa jenis-jenis uang kemudian menjelaskan secara ringkas tentang jenis-jenis uang tersebut
Fase 3. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok diberikan media berupa jenis-jenis uang.
Fase 4. Setiap kelompok diberi tugas sebagai berikut:
a.Apa yang dimaksud cek, dan identifikasi ciri-ciri cek.
b.Apa yang dimaksud giro, dan Identifikasi ciri cri giro
c.Apa perbedaan cek dan giro
d.Apa yang dimaksud telegrafik transfer dan berilah contohnya.
e.Apa perbedaan nilai nominal dan nilai intrinsik.
Fase 5. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas oleh perwakilan kelompoknya. Selanjutnya guru bersama siswa melakukan refleksi dan membuat kesimpulan
Fase 6. Melaksanakan Post Tes

( 3 ). Pengamatan ( Observating )
Dalam kegiatan pengamatan ini peneliti menekankan kepada dua aspek yaitu :
a. Rata-rata motivasi siswa dalam proses pembelajaran
Setelah dilakukan tindakan-tindakan pada siklus 1, terdapat perubahan, yaitu ketertarikan belajar siswa lebih meningkat bila dibandingkan dengan sebelum dilakukan penelitian . Berdasarkan hasil pengamatan siswa, diperoleh rata-rata aktivitas siswa bervariasi berdasarkan aspek yang diamati, dalam pengamatan jelas diperoleh data bahwa siswa masih kurang dalan aspek menjawab. Siswa belum terbiasa untuk bekerjasama, berbagi tanggung jawab dan berbagi informasi, siswa cenderung masih mengandalkan teman-temannya yang pintar. Prosentase keberhasilan diskusi dilihat dari aspek keaktifan 64% ( baik ), kerjasama 50% ( cukup ), presentasi 46% ( cukup), bertanya 76% (baik), menjawab 40% ( kurang.

b. Rata-rata hasil belajar
Minat siswa terhadap materi pelajaran dengan media uang ternyata terbukti cukup berhasil dalam siklus pertama ini walaupun perubahan tidak terlalu mencolok, hal ini terlihat dari meningkatnya hasil belajar siswa setelah proses siklus berakhir. Sebagai pembanding nilai peneliti mengambil nilai pre test dengan nilai post test yaitu nilai pretest 65 dan postest 70

( 4 ). Refleksi
Berdasarkan hasil analisis data dan pemantauan ditemukan beberapa aspek keberhasilan, terdapat perubahan, yaitu minat belajar siswa lebih meningkat bila dibandingkan dengan sebelum pembelajaran dengan menggunakan media Uang melalui model Demonstrasi Bervariasi . Peningkatan motivasi ini terlihat pada saat kegiatan diskusi kelompok, keaktifan siswa mencapai 64 %, keberanian menyampaiakan pertanyaan mencapai 76%.
Kelemahan-kelemahan yang perlu di rencanakan kembali pada siklus berikutnya , yaitu : ( 1 ) siswa dengan motivasi belajar tinggi baru sebesar 40 % berarti belum sesuai dengan indikator penelitian, ( 2). Pada pembuatan kelompok masih terlihat ramai dan kacau, (3). Aktitivitas siswa dalam menanggapi presentasi masih kurang, masih ada siswa yang tidak mau melibatkan diri dalam diskusi. ( 4 ) Pada saat presentase di depan kelas beberapa siswa masih kelihatan canggung, takut dan malu, ( 5 ) waktu sebagian besar teralokasikan untuk diskusi sehingga terjadi kekurangan waktu untuk presentasi dan tanggapan.
2. Siklus ke dua
Penelitian tindakan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 25 November 2011 . Bahan kajian siklus 2 adalah mendeskripsikan uang dan lembaga keuangan.
Kegiatan pada siklus 2 meliputi :

( 1 ). Perencanaan
Berdasarkan refleksi, observasi dan penilaian pada siklus 1 , maka siklus 2 merupakan perbaikan pada siklus 1. Rencana tindakan siklus 2 meliputi :
1.Pemberian tugas individu setelah siklus ke-1
2.Mempelajari materi yang akan dibahas pada siklus ke-2
3.Menyusun ulang strategi pembagian kelompok agar lebih teratur
4.Memberikan tambahan point bagi yang mempresentasikan, mengajukan pertanyaan maupun menanggapi pertanyaan
5.Mempertegas pembagian waktu.

( 2 ). Pelaksanaan Tindakan ( Acting )
Pelaksanaan pada siklus 2 pada dasarnya sama dengan siklus 1 , hanya pada siklus 2 ini diadakan perubahan-perubahan sesuai kekurangan dari siklus 1 sehingga diharapkan pada siklus 2 ini terjadi peningkatan baik motivasi mupun hasil belajar siswa. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat, antara lain :
Fase 1. Siswa menerima informasi tentang tujuan pembelajaran sebagai motivasi
Fase 2. Membentuk kelompok menjadi 4, selanjutnya siswa diberikan materi ajar tentang jenis-jenis uang dan masing-masing kelompok diberi media jenis-jenis uang.
Fase 3. Menyimak materi yang dipelajari dan setiap kelompok menerima materi ajar.
Fase 4. Tiap kelompok diberi tugas untuk mendiskusikan tema sebagai berikut:
a.Apa yang dimaksud cek., Dan identifikasi ciri-ciri cek.
b.Apa yang dimaksud giro, dan Identifikasi ciri cri giro
c.Apa perbedaan cek dan giro ?
d.Apa yang dimaksud telegrafik transfer dan berilah contohnya.
e.Apa perbedaan nilai nominal dan nilai intrinsik.
Fase 5. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasill diskusi kelompoknya dan ditanggapi oleh kelompok lain.Selanjutnya guru bersama siswa melakukan refleksi dan membuat kesimpulan
Fase 6.Melaksanakan Pos Tes

( 3 ). Pengamatan ( Observating )
Dalam kegiatan pengamatan pada siklus 2 ini peneliti sama menekankan kepada dua aspek yaitu :
a. Rata-rata motivasi siswa dalam proses pembelajaran
Rata-rata motivasi siswa dalam pembelajaran pada siklus 2 ada peningkatan ini ditandai dengan adanya : peningkatan keatifan siswa dalam diskusi. Yaitu keaktifan 70% ( baik ), kerjasama 57% (cukup), presentasi 55 % cukup, bertanya 80% ( baik ) dan menjawab 55% ( cukup ).

b. Rata-rata hasil belajar
Dari hasil test setelah proses pembelajaran berlangsung, terliat adanyan peningkatan skor dibandingkan dengan siklus ke-1 hal ini terlihat pada rerata pendapatan skor siswa pada akhir siklus ke- 2. Yaitu terjadi peningkatan dari siklus ke-1 ke siklus kedua dari 73 ke 75 atau terjadi peningkatan 2

( 4 ) . Refleksi .
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa ada kenaikan rata-rata dari siklus sebelumnya ,hal ini memberi informasi bahwa pembelajaran IPS terpadu dengan menggunakan model pembelajaran Demonstrasi Bervariasi akan meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Berdasarkan catatan lapangan diperoleh data munculnya beberapa siswa yang memilki kecerdasan linguistik dan kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dikumpulkan baik dari kolaborator, angket siswa, hasil monitoring nilai proses siswa dapat disimpulkan bahwa penggunaan media yang tepat berupa uang melalui model pembelajaran Demonstrasi Bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada KD Uang dan Lembaga Keuangan. Masalah yang ada pada saat kegiatan pembelajaran yaitu siswa menampakkan kurang bersemangat dan kurang siap dalam menghadapi pelajaran sudah dapat diubah.
Dari hasil pengamatan pada siklus ke-1 proses kerjasama dalam diskusi masih sangat kurang serta keberanian anggota kelompok menjawab pertanyaan yang muncul dalam kegiatan presentasi masih sangat kurang, yang ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan siswa terhadap materi yang di diskusikan.
Jika melihat nilai hasil evaluasi sudah cukup baik dan juga siswa tampak bergairah dalam mengikuti pembelajaran. Menurut peneliti ini tidak terlepas dari media uang yang ditampilkan secara riil sehingga dapat mengurangi verbalisme pada materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran, serta dengan menggunakan model pembelajaran dan pendekatan yang digunakan yang menuntut siswa untuk aktif berpartisipasi dalam setiap pembelajaran dan tidak membosankan.
Dari uraian keseluruhan siklus di atas tampak bahwa dengan menggunakan media yang tepat berupa uang dalam pembelajaran IPS untuk materi Mendeskripsikan Uang dan Lembaga Keuangan di kelas IXB SMP PGRI Kota Serang, pamahaman siswa tentang konsep uang dan jenis-jenisnya menjadi meningkat, ini dapat di lihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa dan tingkat ketuntasan kelas, walaupun jika diperhatikan secara kelompok belum dikatakan tuntas.
Penerapan model pembelajaran dengan menggunakan media uang dan jenis-jenisnya dalam pembelajaran IPS materi Uang dan Lembaga Keuangan di kelas IX B ini masih tetap memerlukan peran aktif dari guru, disamping juga perlu disediakannya buku pegangan yang harus dibaca siswa sebelum proses pembelajaran dimulai untuk membekali siswa tentang konsep-konsep dasar yang harus dipahami, serta dengan model dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disampaikan bahwa agar pemahaman siswa dapat meningkat pada pembelajaran IPS, maka perlu perlakuan dan pengkondisian, antara lain:
1.Pemilihan metode yang tepat.
2.Perlu disarankan untuk membaca buku paket atau hand out paling tidak satu minggu sebelum pembelajaran dilaksanakan untuk membekali siswa tentang pengetahuan dasar yang harus dikuasai untuk memecahkan masalah yang ada.
3.Guru tetap diperlukan untuk memberikan konsep-konsep dasar IPS.
4.Perlu pemberian tugas terstruktur bagi siswa setiap selesai pembelajaran.

KESIMPULAN
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1.Penggunaan media uang dalam pembelajaran IPS dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa di kelas IX B SMP PGRI Kota Serang pada materi Jenis-jenis Uang, indikatornya adalah nilai rata-rata siswa mencapai 75 dengan KKM Kompetensi Dasarnya 70
2.Langkah operasional yang perlu diperhatikan untuk pembelajaran dengan menggunakan media uang adalah
5.Pemilihan metode atau pendekatan yang tepat dalam proses pembelajaran.
6. Perlu disarankan untuk membaca buku paket atau hand out paling tidak satu minggu sebelum pembelajaran dilaksanakan untuk membekali siswa tentang pengetahuan dasar yang harus dikuasai untuk memecahkan masalah yang ada.
7.Guru tetap diperlukan untuk memberikan konsep-konsep dasar IPS.
8.Perlu pemberian tugas terstruktur bagi siswa setiap selesai pembelajaran.

SARAN
1.Penggunaan media-media yang tepat harus disertai dengan model pembelajaran yang tepat juga.
2.Perlu persiapan yang matang dalam perencanaan pembelajaran.
3.Penggunaan media pembelajaran hendaknya juga digunakan pada materi-materi pelajaran yang lain karena mampu membawa peserta didik berfikir secara realistis dan mengurangi kesan verbalistik dari materi yang diterangkan oleh pendidik .

*) Penulis adalah Kelompok 2 Workshop Peningkatan Karir
Guru IPS kta Serang Thn 2012

DAFTAR PUSTAKA

1.Sharismi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian . Jakarta. Rineka Cipta
2.Usman, Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya
3.Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran, 2002. Kurikulum Pembelajaran. Juusan KTP FIP UPI Bandung.